Sunday, September 5, 2010

Media dan Gender (Era Reformasi)


August 31, 2010

Lecture: A. Junaidi - The Jakarta Post, Senior Redactor

Apa itu Gender?

Gender adalah sebuah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku, jadi secara umum istilah gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.

Gender tidaklah sama dengan jenis kelamin, karena jenis kelamin lebih merujuk kepada aspek biologis, yaitu seks (laki-laki dan perempuan).

Claudette Baldacchino, seorang jurnalis feminis, mengartikan gender dengan merujuk kepada faktor-faktor sosial, budaya dan psikologis ketika kita mendefinisikan seseorang sebagai maskulin atau feminin. Lebih lanjut Claudette mengemukakan bahwa gender bukanlah sekedar sebuah aspek penting dari cara “orang lain” melihat “kita”, tapi juga sangat mempengaruhi cara “kita” melihat dan memahami “diri kita sendiri”. [1]


Media dan Perempuan

Bahasa jurnalisme media massa di Indonesia masih mencerminkan budaya patriaki. Dimana, perempuan masih dianggap sebagai properti. Perempuan dinilai dan dieksploitasi lebih banyak dari bentuk tubuhnya daripada pikirannya.

Media massa berperan penting dalam pembentukan opini publik. Media massa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu, juga pesan-pesan dalam kaitannya dengan perempuan. Selain itu, media massa juga merupakan cermin opini sebagian masyarakat. Jadi, media massa adalah sebuah potret masyarakat dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Dalam penggambaran yang merendahkan perempuan ini, yang terdapat di media massa, didukung dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal:
- Sedikitnya jurnalis perempuan daripada jurnalis laki-laki, sehingga berdampak pada hasil kaya jurnalistik mereka.
- Rendahnya perspektif gender di antara jurnalis, karena masih kuatnya budaya patriaki dalam masyarakat, termasuk di dalam pers.
- Pemilik modal/media menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga mengeksploitasi perempuan, dikarenakan adanya kompetisi dan persaingan bebas.

Faktor Eksternal:
- Berasal dari sumber berita, pemasang iklan, pelanggan, kontrol pemerintah, pasar dan teknologi.
- Pemasang iklan/pengiklan memberikan stereotip bahwa perempuan cantik adalah perempuan berkulit putih, berambut panjang dan lurus, langsing, dan lain-lain.

Faktor-faktor itulah yang membuat perempuan terlihat rendah. Selain itu juga, dikarenakan masyarakat Indonesia masih memegang budaya patriarki (budaya yang mengunggulkan laki-laki). Perempuan direndahkan oleh media massa terjadi pada masa Pasca Orde Baru/Era Reformasi, dimana media massa (pers) sudah memiliki kebebasan dalam pemberitaanya.


Penggambaran Pornografi di Media Massa

Istilah "pornografi" seringkali mengandung konotasi negatif dan bernilai seni yang rendahan, dibandingkan dengan erotika yang sifatnya lebih terhormat. Meskipun demikian, definisi pornografi sangat subyektif sifatnya.

Beberapa pemahaman pornografi, yaitu: [2]
  1. Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya seronok, jorok, dan vulgar. Misalnya foto, poster, lieflet, gambar video film, VCD, dll.
  2. Pornoteks adalah karya pencabulan sebagai naskah cerita dalam berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, kontrusi cerita. Misalnya, buku-buku komik.
  3. Porno suara adalah suara, tuturan kata-kata dan kalimat yang diucapkan seseorang (langsung/tidak langsung, halus/kasar) yang mengarah pada penggambaran objek/aktivitas seks.
  4. Pornoaksi adalah penggambaran aksi gerakan, lenggokkan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh.
  5. Pornomedia adalah agenda media tentang varian pencabulan (porno dan penggunaan media massa dan telekomunikasi ini menyebarkan pencabulan atau realitas porno yang diciptakan media.
Akan tetapi, pornografi masih diperdebatkan karena pendefinisian pornografi masih belum jelas, serta batasan-batasannya juga masih belum jelas.

Contoh pemberitaan pornografi di media massa, mengenai pemberitaan "pemerkosaan". Dimana, pemberitaan ini sering kali menyudutkan korban, yang seharusnya korban mendapatkan pembelaan. Tetapi, media massa berlaku sebaliknya, dengan menyudutkan korban, seperti korban mengenakan busana mini, penggunaan bahasa "menggagahi", dll.

Para aktivis menentang UU Pornografi di media massa, karena isinya yang bisa membahayakan/merugikan kaum perempuan dan adat budaya, serta karena definisi pornografi itu sendiri yang masih belum jelas.


Catatan Penulis

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak masyarakat yang tidak dapat membedakan gender dengan jenis kelamin. Hal ini terlihat dengan adanya pemberitaan di media massa yang sangat merendahkan ataupun memojokan perempuan.

Sejak pers bebas melakukan pemberitaan, maka dimulailah masa dimana pemberitaan di media massa menyorot lebih kepada perempuan. Dengan munculnya majalah/tabloid/koran dengan penyajian seputar seks dan seksualitas melalui gambar dan kata. Salah satu contohnya adalah "Koran Lampu Merah", yang sekarang akhirnya berganti nama menjadi "Koran Lampu Hijau". Akan tetapi, isi yang terkandung di dalamnya masih seputar seks dan kekerasan.

Seharusnya, dalam hal ini, media massa tidak boleh memberitakan sebuah berita yang sifatnya memojokan/merendahkan kaum perempuan, terutama yang berkaitan dengan seks. Karena, dengan pemberitaan yang berkaitan dengan pornografi itulah, maka timbulah banyak sekali kasus/kejadian yang berkaitan dengan hal tersebut, seperti pemerkosaan.

Menurut saya, pemberitaan oleh media massa, sampai saat ini masih saja terlihat merugikan kaum perempuan, dikarenakan hingga saat ini para jurnalis laki-laki masih lebih banyak dibandingkan perempuan, dan karena masih kentalnya budaya patriarki pada masyarakat maupun media massa.



Author : Angeline



Sumber:
[1] http://serbaserbikehidupan.blogspot.com/2007/08/media-dan-gender.html
[2] http://www.docstoc.com/docs/22403964/MASALAH-MASALAH-SOSIAL-DAN-MEDIA-MASSA

0 comments:

Post a Comment

Select by Month

Followers

 

Kapita Selekta. Mata Kuliah Kapita Selekta. Banyak Topik Pada Mata Kuliah Ini. Enjoy It !