Tuesday, September 14, 2010

Ilmu Tentang Simbol (Semiotik)


September 7, 2010

Lecture: Kurniawan Setiawan, S. Sn, M. Hum, CH. t


Sebelum masuk ke sedikit penjelasan mengenai semiotik, di sini saya akan sedikit menjelaskan mengenai pengertian-pengertian semiotik menurut beberapa pakar.

“Ada kecenderungan, istilah semiotika lebih popular daripada istilah semiologi sehingga makna atau arti dari suatu tanda atau lambang [1].

“Perbedaan istilah itu, menunjukkan perbedaan orientasi : yang pertama (semiologi) mengacu pada tradisi Eropa yang bermula pada Ferdinand de Saussure (1857-1913), sedangkan yang kedua (semiotika) pada tradisi Amerika yang bermula pada Charles Sanders Peirce (1839-1914)”, kata Masnambow (2000b:iii) [2]. Oleh sebab itu pada “Studi para penganut Saussure pun menggunakannya.” (Tommy Christony, 2001:7) [3]. Pada pernyataan tersebut menjelaskan tentang semiologi dan semiotika merupakan hal yang sama sebenarnya.

Semiotika berasal dari bahasa Greek (Greece), “Smione” yang artinya “sign” atau tanda. Jadi, semiotika adalah studi tentang proses tanda (semiosis) atau pemaknaan (signifikasi) dan komunikasi, tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol (symbols).

Dalam definisi Saussure (Budiman,1999°:107), semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat” dan, dengan demikian, menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial [4]. Hal ini menunjukkan keberadaan tanda di masyarakat dan latar belakang dari tanda-tanda yang ada.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia) [5].

Menurut Lechte (2001:191), semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan [6]. Sedangkan, menurut Sergers (2000:4), suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system (code) ‘sistem tanda’ [7].

Semiotika menurut Umberto Eco (1979:4-5), “pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk mendustai, mengelabui dan mengecoh” [8]. Dikatakan : semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada waktu tertentu. Dengan begitu semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun uang bisa digunakan untuk menyatakan sesuatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan sesuatu kebohongan, sebaliknya, tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran...(Berger, 2000,:11-12) [9].

Menurut Charles Sanders Peirce (dalam Littlejohn, 1996:64) mendefinisikan semiosis sebagai “a relationship among a sign, an object, and a meaning (suatu hubungan di antara tanda, objek, dan makna)” [10].

Itu adalah sedikit pengertian mengenai "semiotik" menurut beberapa ahli yang disadur dari buku "Kosa Semiotika", karangan Kris Budiman. Sekarang, kita masuk mengenai sedikit pembahan "semiotik" sebelum ke catatan dari saya.


Pengertian Semiotik

Semiotik adalah istilah yang berasal dari kata Yunani seme: semeiotikos: semeion; penafsir tanda yang berarti ‘tanda’, ‘sign’ dalam bahasa Inggris.


Selain itu, semiotik juga berarti:

- Ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti : bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.

- Suatu ilmu analisis tanda/studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.



Perkembangan Semiotik


Perintis awal semiotika adalah Plato yang memeriksa asal muasal bahasa dengan mencer

mati kata benda dalam bukunya "Poetics dan On Interpretation".

Ada perbedaan mendasar antara tanda alami (natural) dan tanda yang disepakati (konvensional).


- Tanda alami adalah tanda yang terjadi secara alami, contohnya tahi lalat.


- Tanda yang disepakati adalah tanda yang secara sengaja dibuat oleh manusia, contohnya, tepuk tangan (dimana pada orang Barat berarti selamat, sedangkan bagi orang Tibet berarti mengusir roh jahat); ciuman (menandakan rasa sayang, hormat, nafsu, dll - tergantung budaya masing-masing tempat).


350 - 430

St. Agustinus mengembangkan teori tentang signa data (data konvensional).


1285 - 1349

William of Ockham, OFM, mempertajam studi tanda menjadi mental, pribadi, dan publik.


1632 - 1740

John Locke melihat eksplorasi tanda akan mengarah pada terbentuknya basis logika baru. Hal ini tertuang dalam karyanya, "An Essay Concerning Human Understanding". (1690)


Semiologi

1857 - 1913

Ferdinand de Saussure, berasal dari Swiss, memperkenalkan konsep Semiologi.
Saussure mendefinsikan tanda liguistik sebagai entitas dua sisi (dyad), dimana s
isi pertama disebut penanda (signifier) dan sisi kedua adalah petanda (signified).

1839 - 1914

Charles Sanders Peirce, berasal dari Amerika, mengembangkan teori tanda yang dibentuk oleh tiga sisi, yaitu representamen (tanda), objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda), dan interpretant (efek yang ditimbulkan/hasil).

1915 -1980

Roland Barthes, berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Menunjukan bagaimana aspek denotatif tanda–tanda dalam budaya pop yang menyingkap konotatif (mitos–mitos) yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.

1932 - ...

Umberto Eco, seorang sejarahwan, penulis esai, novelis dan semiotisi dari Italia, mengungkapkan “tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran, sekaligus juga untuk mengatakan kebohongan”.


Catatan Penulis

Dari penjelasan di atas, semiotik adalah studi tentang tanda dan bagaimana tanda itu bekerja/proses tanda (yang disebut dengan semiologi).

Dalam bidang periklanan (advertising), untuk melakukan analisa terhadap iklan yang ada, lebih mudah apabila menggunakan teori tanda yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce, yaitu yang berkaitan dengan tanda, objek, dan interpretant.

Level Tanda

Dikaitkan dengan ground/representamen dibaginya menjadi:

Qualisign : kualitas yang ada pada tanda (misalnya, warna hijau).

Sinsign : eksistensi aktual benda atau peristiwa / realitas fisik yang nyata (misalnya, rambu lalu lintas).

Legisign : norma/ hukum yang dikandung oleh tanda (misalnya, suara pluit wasit).

Level Objek

Ikon : tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan (misalnya, foto).

Indeks : tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan (misalnya, asap sebagai tanda adanya api).

Simbol : tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat (misalnya, kata, bendera).

Level Interpretant

Rheme : tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Tanda tampak bagi interpretant sebagai sebuah keungkinan (misalnya, konsep).

Dicent sign atau dicisign : tanda sesuai dengan kenyataan. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah fakta (misalnya, pernyataan deskriptif).

Argument : yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Tanda bagi interpretant sebagai sebuah nalar (misalnya, preposisi).

Jadi, apabila dikatakan lebih mudahnya, dengan menggunakan teori Peirce, akan memudahkan seorang yang bekerja di bidang iklan (advertising) dalam melakukan suatu analisis iklan.

Akan tetapi, tidak hanya dalam suatu analisis iklan, dalam pembuatan sebuah logo, kita pun dapat menggunakan teori Peirce ini untuk menganalisis sebuah logo yang digunakan oleh perusahaan atau produsen dan lain-lain.



Author : Angeline



Sumber:
[1] Sobur, Alex.2004.Semiotika Komunikasi, hlm. 11.
[2] Masinambow, E.K.M. dan Rahayu S. Hidayat (ed.).2000b. “Semiotik ; Kumpulan Makalah Seminar”. Depok: Pusat Penelitian Universitas Indonesia, hlm. iii-x.
[3] Christomy, Tommy.2001.”Pengantar Semiotik Pragmatik Peirce: Nonverbal dan Verbal” dalam Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, Bahan Pelatihan Semiotik,’ hlm.7-14.
[4] Budiman, Kris.1999.”Kosa Semiotika”.Yogyakarta:LKIS.
[5] Sobur, Alex.2004.Semiotika Komunikasi, hlm.15
[6] Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai Posmodernitas. Penerjemah A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Kanisius.
[7] Sergers, Rien T.2000.Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Sumianto A. Sayuti.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
[8] Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.
[9] Berger, Arthur Asa. 2000a. Media Analysis Techniques. Second Edition. Alihbahasa Setio Budi HH. Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma Jaya.
[10] Ibid. hlm.5

2 comments:

yuliantoedi on January 31, 2016 at 6:25 AM said...

sangat bermanfaat mba..silakan kunjungi balik yaa...di www.ragambahasakita.com

yuliantoedi on January 31, 2016 at 6:25 AM said...

sangat bermanfaat mba..silakan kunjungi balik yaa...di www.ragambahasakita.com

Post a Comment

Select by Month

Followers

 

Kapita Selekta. Mata Kuliah Kapita Selekta. Banyak Topik Pada Mata Kuliah Ini. Enjoy It !